Tanpa Kenal Lelah dan Jemu..Sampaikanlah Firman TuhanMU

Thursday, April 28, 2011

Ketika Badai Menghantam Perahu Dakwah Kita..

Berlayar mengharungi samudera
jangan berharap kau kan tiba di pulau tujuan tanpa cubaan mendera. 
Sebelum layar dibentangkan, 
inilah yang harus terpatri dalam diri untuk menjadi kesadaran.
Bahwa berbagai keindahan dari sebuah pelayaran panjang dan kenikmatan di pulau tujuan,
berbanding lurus dengan besarnya tentangan yang menghadang. 
Tak kan pernah kau dapatkan indahnya pemandangan angkasa menjulang di tengah samudera luas membentang,
selagi kau masih takut menembus hempasan gelombang.
Ini bukan sekadar risiko perjalanan, 
tapi telah menjadi sunnatullah yang tak boleh di bantah.
Di sini, di perahu ini, kita sedang merangkai keutuhan dan persaudaraan,
kesetiaan dan keteguhan, apapun posisi dan kedudukan. 
kita telah memiliki  satu tujuan, harapan dan mimpi yang sama yang ingin direalisasikan
iaitu melihat Islam kembali di maknakan dalam kehidupan..
Namun, kita tidak pernah menafikan adanya kesalahan, kelalaian dan kekhilafan, 
bahkan juga kejenuhan, kekecewaan, kemarahan..
hingga silang sengketa dan pertelingkahan tak dapat kita hindarkan. 


 Teman..
Itu semua wajar belaka, 
 kerana memang tidak satu pun di antara kita yang mengaku tiada cela tiada dosa.
Namun kesamaan tujuan, mimpi dan khayalan kita,
akan segera menyatukan, meluruskan langkah ke depan, menghapus resah dan kemarahan,
berganti semangat yang baru. 
Kerananya, kita sambut gembira setiap arahan,
nasihat dan pesan-pesan yang dapat menguatkan serta menyatukan,
sekeras apapun.
Tapi, fitnah yang memecah barisan, tuduhan yang dilontarkankkan
umpatan dan celaan yang menjatuhkan, serta aib yang dicanagkan,
apalagi tindakan yang membocorkan perahu dakwah kita
agar kandas atau tenggelam,
tidak pernah dapat kita terima, baik secara logika apalagi perasaan.
Bagaimanapun, kita bukan batu yang diam diketuk palu......

Di sini, di perahu ini, 
justeru di tengah badai gelombangnya ujian,
kita jadi semakin mengerti pentingnya nakhoda yang memimpin dan mengendalikan, 
juga semakin menyadari pentingnya syura untuk mengambil keputusan,
lalu pentingnya belajar menerima keputusan setelah disyurakan
. Adanya kepemimpinan dan syura memang memberatkan,
keranana proses jadi panjang, langkah-langkah jadi terhalang aturan
, keinginan sering tertunda menunggu keputusan.
Tapi ini tidak dapat kita hindari,
karena kita tidak berlayar sendiri,
bergerak sendiri, mengambil keputusan sendiri dan menanggung resiko sendiri.
Justeru karena kita berlayar bersama,
maka kepemimpinan dan syura mutlak harus ada.
Kepemimpinan memang bukan nabi yang maksum 
dan mendapatkan legalitas wahyu dalam setiap kebijakan,
kesalahanpun bukan sebuah kemustahilan meski tidak kita anggap kebenaran.
Tapi kepemimpinan yang dibangun oleh syura,
telah memenuhi syarat untuk disikapi penuh penghormatan dan ketaatan, 
sepanjang tidak ada ajakan kemaksiatan
. Sebhagian orang boleh jadi mengatakan ini sikap taklid buta,
kita katakan,'Inilah komitmen kita!' 
Sebagian lagi katanya merasa kasihan dengan anak buah yang tidak mengerti banyak persoalan dan hanya ikut ketentuan, kita katakan, 
'Kasihanilah dirimu yang sering menghasut tanpa perasaan!'

Di sini, di perahu ini, ketika badai menghantam dari kiri dan kanan, depan dan belakang, teringat perkataan para shahabat dalam sebuah peperangan, tatkala musuh dari luar datang menyerang dan orang dekat menelikung dari belakang,

'Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya' (QS. Al-Ahzab: 22)

Ibnu Katsir menjelaskan, "Maksudnya, inilah janji Allah dan Rasul-Nya berupa ujian dan cobaan, pertanda kian dekatnya kemenangan."

Riyadh, Rabiul Tsani 1432 H.
Abdullah Haidir, Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) DPW PKS Arab Saudi

No comments:

Post a Comment